(Sumber gambar: link)
Dulu,
saya pernah berkunjung ke sebuah warung kopi yang dikelola oleh teman saya yang
berada di Kaliurang. Teman saya tersebut juga bergelut dibidang sastra,
penulisan, dan budaya. Kami ngobrol ngalor ngidul soal sastra, budaya, dan
penulisan, sampai saya mengatakan bahwa saya mengagumi puisi-puisi dan
karya-karya romo Sindhunata. Kemudian teman saya bertanya kepada saya, “Sudah
pernah ke Omah Petroek?”. Saya bingung karena saya tidak tahu apa itu Omah
Petroek. Teman saya menjelaskan bahwa yang membangun Omah Petroek adalah romo
Sindhunata dan terletak di Karang Klethak, seketika saya teringat lagu dari
Jogja Hiphop Foundation yang juga berasal dari puisi karya romo Sindhunata
berjudul Rep Kedhep, di salah satu
liriknya berbunyi “…dari Karang Klethak
ia lalu mampir…”. Di sana terdapat banyak karya-karya berbagai bentuk.
Bahkan kata teman saya, patung kaki yang dulu ada di titik nol kilometer
sekarang berada di sana. Tentu saja saya sangat antusias ingin ke sana setelah
mendengar hal tersebut.
Berdasarkan
gudeg.net, menurut informasi Omah Petroek dibangun oleh RM. Sindhunata. Di sana
banyak patung-patung yang dibuat oleh para seniman dan dipamerkan di sana. Banyak
karya seni yang berupa patung banyak tersebar di segala penjuru di Omah Petroek1.
Inilah yang membuat saya ingin sekali ke sana. Selain ada banyak karya seni,
saya ingin merasakan bagaimana jika saya berada di suatu tempat dan dikelilingi
oleh banyak sekali karya-karya dari para seniman.
(Sumber gambar: link)
(Sumber gambar: link)
Selain
Omah Petroek, saya sebenarnya ingin mengunjungi sebuah tempat yang berada di
desa asal saya di Jepara. Tempat itu bernama Gunung Ragastina. Sebuah gunung
putih yang diambil batunya oleh sebuah perusahaan. Orang-orang dari luar desa saya menyebutnya gunung Watu Putih (Batu Putih), begitu juga jika dicari lewat google map, karena di google map dikasih nama Gunung Watu Putih, entah siapa yang menamai dengan nama tersebut di google map padahal namanya gunung Ragastina. Yang membuat saya tertarik
adalah tempat ini yang berada di desa saya dan sebenarnya dari dalam lubuk hati
saya, saya ingin membuat komik dengan setting
di desa saya, termasuk gunung Ragastina tersebut.
Sebenarnya
dulu gunung ini biasa saja. Namun setelah berjalan sekitar 20 tahun lebih,
setelah bagian utara gunung sudah habis dikeruk, malah sekarang menjadi semacam
objek wisata, padahal pada kenyataannya itu bukanlah tempat wisata. Tapi memang
saya akui sekarang ini tempat tersebut, bagian utara gunung yang sudah habis
dikeruk, menjadi tempat yang instagram-able,
bagus untuk diupload di instagram.
Tepat
di sebalah utara gunung Ragastina, di sebrang jalan, juga ada gunung bernama
gunung Bakau. Jadi biasa jika saya menjelaskan bagaimana desa saya terletak,
gampang saja, desa saya terletak di antara dua gunung. Hahaha.
Memang,
sewaktu saya kecil, banyak tragedy yang terjadi di gunung Ragastina tersebut. Dua
orang teman saya meninggal di gunung tersebut. Dan masih banyak cerita seram
yang terjadi di gunung tersebut. Namun itu dulu, sekarang? Saya tidak tahu. Hahaha.
saya sudah lama berada di kota orang.
(Sumber gambar: link)
(Sumber gambar: link)
(Sumber gambar: link)
(Sumber gambar: link)
(Sumber gambar: link)
Yogyakarta,
10 April 2020
Iqbal
Fahreza
Dimulai dari menjelajahi desa sendiri ya, kak! :D
BalasHapusiya, aku belum eksplor banyak soal desaku
HapusWah jadi pingin ke omah petroek
BalasHapussaya juga pingin
HapusWah baru tau gunung itu indah banget ya pemandangannya. Di tempatku juga ada gunung yang dikeruk trus jadi bagus banget, sayang enggak dijadiin objek wisata tapi meski begitu malah bisa tetap terjaga alamnya dam bisa dikunjungi kapanpun. Aku tunggu komiknya mas:))
BalasHapusdijadiin objek wisata juga ada bagus dan gak nya sih. semoga komik tersebut segera terealisasi. btw kalau mau beli komik saya bisa lho. hahahahahahahahahahaha
Hapus