DARI ANTI ACNE DAN BONDAN PRAKOSO & FADE2BLACK LALU JHF HINGGA NDX AKA DAN TUAN TIGABELAS
Aku
tidak tahu apakah ini akan menjadi yang menjadikan diriku berbeda dengan orang
lain. Aku akan menceritakan tentang musik yang aku suka, Hip Hop.
(Sumber gambar: link)
Semua
berawal ketika aku masih di bangku Madrasah Ibtidaiyah, setara dengan Sekolah
Dasar. Aku lupa tepatnya kelas berapa, saat itu temanku memutar CD lagu. Memang
sebuah CD bajakan. Jika kalian tahu, CD bajakan biasanya salah satu menjadi
ajang untuk menyelipkan satu lagu indie saat itu. Bahkan saya tahu DJ Frog dari
CD bajakan. Kembali ke CD bajakan yang diputar temanku. Dia memutar CD yang
isinya satu album dari sebuah band, dimana di awali dengan sebuah band indie yang
berbeda, namanya Anti Acne dengan lagu yang berjudul Paijo. Saat pertama kali
dengar lagu ini saya merasa “asik nih lagu”, lirik berbahasa jawa, berima, menggelitik,
lucu, dan mengandung makna-makna yang cukup mendalam. Tapi saat itu saya tidak
tahu bahwa lagu Paijo adalah lagu Hip Hop.
(Sumber gambar: link)
Sekitar
satu sampai dua tahun kemudian, ketika aku sudah masuk Madrasah Tsanawiyah, temanku
yang lain ada yang memutar lagu dari Bondan Prakoso & Fade 2 Black, lagu
Bunga, Xpresikanlah, dan Kencong Prothol. Pengalaman baru bagiku terhadap musik
hip hop. Hingga kemudian sekitar tahun 2010 ketika aku masuk Madrasah Aliyah,
bersamaan dengan boomingnya lagu Ya Sudahlah dan Kita Selamanya dari Bondan
Prakoso & Fade 2 Black. Hampir semua temanku menjadi Rezpector, fans Bondan
Prakoso & Fade 2 Black. Begitu juga aku yang ikut sok-sokan jadi Rezpector.
Sejak itulah aku mulai mengulik lagu-lagu bergenre Hip Hop.
(Sumber gambar: link)
Hingga
kemudian di tahun 2010 juga, seorang temanku memperkenalkanku degan
lagu-lagunya Jogja Hiphop Foundation (JHF). Seketika saya langsung jatuh cinta
dengan JHF dan lagu-lagunya. Bertepatan juga ketika itu aku membaca berita
tentang konser JHF di Jakarta bertajuk NewYorkarto
dimana merupakan konser pamitan untuk
melakukan tour hip hop di Amerika. Dan yang lebih membuatku terkesan dengan JHF
adalah mereka tour konser hip hop di Amerika membawakan lagu-lagu berbahasa
jawa, dan semua audiens menikmatinya. Ini seperti sebuah misi budaya secara
tidak langsung.
Dari
JHF juga aku mengenal puisi-puisi dari romo Sindhunata. Memang sebagian
lagu-lagu JHF berasal dari puisi-puisi Sindhunata yang bisa dibilang semacam
msikalisasi puisi dalam bentuk lagu hip hop. Bahkan JHF membuat sebuah album
bertajuk Semar Mesem Romo Mendhem
dimana berisi lagu-lagu yang berasal dari puisi-puisi Sindhunata sebagai bentuk
penghargaan dan penghormatan terhadap romo Sindhunata.
Mungkin
di sinilah aku merasa beda dengan teman-temanku. Karena sepertinya hanya aku
yang menyukai JHF dan hip hop jika disbanding dengan teman-temanku. Begitu juga
soal Sindhunata. Di kalangan teman-temanku yang bergelut di sastra dan budaya,
sepertinya hanya aku yang menyukai karya-karya Sindhunata. Sedangkan teman-temanku
biasanya lebih menyukai Umbu dan orang-orag dari PSK (Persada Studi Klub),
seperti Cak Nun, pak Iman Budhi Santosa, bahkan pak Musofa W. Hasyim. Aku juga
menyukai karya-karya mereka, tapi aku juga menyukai karya-karya Sindhunata, dan
dikalangan temanku hanya aku yang menyukai karya beliau.
(Sumber gambar: link)
Yang
sepertinya membuatku beda dengan teman-temanku adalah ketika aku tidak
sengaja mengenal lagu-lagu NDX AKA Familia. Aku menenal lagu-lagu NDX AKA
Familia sebelum Via Vallen terkenal dengan lagu Sayang. Lagu Sayang awalnya
adalah lagu dari NDX AKA. Yang kusuka dari NDX AKA sebenarnya bukan soal lirik
dan musiknya. Tapi entah mengapa aku seperti menemukan ketulusan dalam berkarya
yang kental. Itu yang membuatku suka dengan lagu-lagu NDX AKA.
Lalu
ketika Via Vallen booming dengan lagu Sayang dan lagu-lagu NDX AKA juga cukup
banyak yang memutar di sekitarku dan warung-warung kopi tempatku biasa
nongkrong, aku mulai mengurangi untuk mengikuti NDX AKA. Bukan berari aku tidak
suka lagi. Ini mungkin yang juga membuatku beda dengan teman-temanku. Aku biasanya
tidak memutar atau dengan sengaja mendengarkan lagu-lagu yang diputar banyak
orang di sekitarku atau sedang hype. Karena aku berpikir bahwa buat apa memutar
lagu yang sering diputar orang di sekitarku, toh tanpa kuputar pun aku sudah
mendengarkannya. Begitu juga ketika hype Nisa Sabyan. Aku tidak pernah memutar
lagu-lagunya karena tanpa aku putar aku sudah mendengar lagu-lagunya di
sekitarku. Memang dulu aku suka Bondan Prakoso & Fade 2 Black juga ketika
sedang booming. Tapi sekarang, entah mengapa aku menjadi seperti ini.
(Sumber gambar: link)
Lalu
setelah JHF lama tidak membuat lagu dan aku sudah lama tidak mengikuti NDX AKA,
aku mulai mengulik lagi lagu-lagu hip hop. Lalu aku menemukan lagu-lagu dari
Tuan Tigabelas. Benar. Sekarang aku sedang menyukai lagu-lagu dari Tuan
Tigabelas.
Dan
bukan berarti lagu-lagu rapper lain tidak aku suka, banyak yang aku suka. Tapi yang
sudah kujelaskan di atas adalah yang paling punya kesan bagiku. Aku juga menyukai
lagu-lagu Saykoji, Iwa K, orang-orang dari HellHouse, Laze, Pandji
Pragiwaksono, Boyz Got No Brain, 8Ball dan lagu-lagu dissnya, masih banyak
lagi.
Hah?
Young Lex? Gak masuk seleraku!
0 komentar:
Posting Komentar