(Sumber gambar: dokumen pribadi)
Sepertinya
catatan kali ini juga bukan tentang kamu, Karlina. Tapi semoga berhubungan
tentang kamu.
Saat
itu, setelah pertama kali aku melihatmu, John Keple sudah paham akan apa yang
aku rasakan. Dia memperlihatkanku akun instagram milikmu kepadaku. Jangan tanya
mengapa John Keple tahu soal akun Instagram milikmu. Akunmu kamu kunci. Beberapa
hari kemudian John Keple bertanya, “sudah difollback?”.
Aku hanya tertawa. Karena aku tak masalah jika kamu tidak mengikuti balik
terhadap akun Instagram miliku. Bukan karena aku merasa rendah bahwa pasti kamu
tidak akan untuk mengikuti akun miliku. Bukan soal itu. Karena aku merasa aneh
melihat orang meminta follback kepada
seseorang lewat komen-komen atau DM-DM. Apalagi jika ada yang menulis “follbak DM!” di bio Instagram miliknya. Seakan
follback bukan karena ingin tapi
karena diminta. Berarti jika tidak diminta tidak akan follbak, seperti terpaksa saja.
Begini,
Karlina, aku akan jujur. Sejak peristiwa aku melihatmu pertama kali, aku sering
melirik ke arahmu. Aku berusaha tidak melewatkan untuk melirikmu setiap kali
ada kamu jika ada dalam jarak pandangku. Walaupun kamu hanya lewat. Maaf,
Karlina, aku menikmati hal itu. Tapi, aku kaget, karena suatu ketika aku
mengulang mata kuliah di kelasmu, aku melirik ke arahmu seperti biasa, tiba-tiba
kamu melirik ke arahku. Dalam sepersekian detik mata kita bertemu. Cepat-cepat
kupalingkan pandanganku. Malu. Sejak itu , tiap aku melirik ke arahmu, kamu
melirik balik ke arahku, kadang-kadang. Aku tidak tahu maksud lirikanmu. Tapi aku
menikmati hal itu. Walaupun aku malu.
Sebenarnya
aku hanya ingin menulis tentang bagaimana aku mengikuti akun instagram milikmu.
Karena di Instagramlah awal aku pertama menyapamu. Dan jika kuingat, saat
pertama kali kamu membalas DM dariku dulu aku merasa ingin melompat-lompat
karena senang yang teramat.
Aku
bukan orang yang suka membagikan apapun yang kurasakan ke media sosial. Dulu memang
aku seperti itu ketika masih usia labil. Sekarang, jika aku ingin sekali
membagikan tentang jatuh cinta kepadamu, aku lebih memilih story di Whatsapp dimana tidak semua orang bisa melihat. Karena aku
tahu bahwa orang yang sudah biasa melihat storyku
di Whatsapp adalah orang-orang yang tidak peduli dengan apa yang aku bagikan di
story Whatsapp miliku.
Seperti
yang kubilang di awal, Karlina, bahwa catatan kali ini juga bukan soal dirimu.
Maaf.
Yogyakarta, 01
April 2020
Catatan Sejenak
#3
Suparlan
0 komentar:
Posting Komentar