Jumat, 03 April 2020

#AprilProduktifDay3 - Telaah Kembali

Mengulas Jalan Yang Telah Dilalui dan Mimpi Yang Akan Ditapaki

oleh: Iqbal Fahreza



Mungkin masih banyak orang yang beranggapan bahwa komik adalah bacaan untuk anak-anak, termasuk orang tua saya. Memang tidak salah, karena dari awal kartun-kartun yang ditayangkan di TV-TV Indonesia kebanyakan ditargetkan untuk anak-anak. Promosi kartun di TV pun memberikan keterangan bahwa kartun adalah tontonan untuk anak. Begitu pula dengan took-toko buku yang masih ada yang meletakan komik di rak buku anak, padahal belum tentu komik pasti memiliki konten untuk anak-anak. Maka dari itu, jika masih banyak orang yang berpikiran bahwa komik adalah hal yang tidak salah.

Namun, bukan berarti semua komik adalah bacaan untuk anak. Jika menilik manga-manga dari Jepang, banyak sekali yang memuat konten dewasa, atau minimal memberi servis kepada pembaca berupa pakaian minim pada karakter dalam komiknya. Terlepas dari itu semua, pergerakan komik Indonesia juga sedang menggeliat menuju puncak kejayaan. Dengan keunikan-keunikan para komikus Indonesia yang kreatif dengan menyadur konteks-konteks eksplisit yang mungkin belum tentu bisa dilakukan oleh komikus lain. Maka dari itu, saya ingin memperkenalkan dua komik ini walaupun sebenarnya dua komik ini sudah terkenal.


Sejuknya Hati Hamba Ilahi: Mengenal AL Hikam Ibnu Atha’illah karya Husni Assaerozi dan Sen Seno

(Sumber gambar: link)

Saya yakin sangat banyak yang tahu tentang kitab Al Hikam yang dikarang oleh Imam Ibnu Atha’illah Al Iskandari karena memang kitab ini sangatlah terkenal. Tidak hanya dikalangan pesantren, namun saya yakin dikalangan orang-orang yang memperlajari filsafat dan tasawuf juga mengenal kitab Al Hikam. Namun, pernahkah membayangkan jika kitab Al Hikam dijadikan komik?

Memang bukan keseluruhan isi Al Hikam dijadikan komik, namun beberapa hikmah-hikmah yang ada dalam Al Hikam diambil untuk dituangkan dalam sebuah komik. Tokoh sentral dalam komik ini adalah Roma. Roma adalah sesosok lelaki yang nyeleneh yang berkeliaran di sebuah daerah, namun dalam berkeliarannya tersebut dia sebenarnya juga menyampaikan intisari-intisari dari kita Al Hikam dengan gaya yang nyeleneh dan unik.

“Tekad adalah kekuatan yang mampu mempengaruhi sesuatu. Namun, tekad ini tak akan berpengaruh apa-apa, kecuali dengan takdir dan ketentuan Allah”. Itu adalah salah satu hikmah dari kita Al Hikam yang diambil dalam komik ini. Dari hikmah tersebut diceritakan ada seorang komikus yang setiap hari hanya membuat komik saja sampai dia tidak melakukan ibadah-ibadah wajib bagi seorang muslim. Lalu datanglah Roma berbincang kepada si komikus. “Sungguh indah apabila yang kau cita-citakan ini kau sandarkan pada Tuhan, Sang Maha Kehendak Segala Hal”, kata Roma kepada si komikus. Ketika saya membaca dialog Roma tersebut, seketika saya teringat kepada seorang komikus yang sangat terkenal di Indonesia, Alex Irzaqi. Beliau, Alex Irzaqi, pernah menyampaikan melalui akun media sosialnya untuk berkarya dengan menyandarkan setiap karya kepada Allah. Inilah yang mungkin masih belum saya lakukan bahkan sampai saat ini. Alex Irzaqi (seingat saya) juga melanjutkan dalam apa yang disampaikan tersebut bahwa sandarkan karyamu kepada Allah supaya Allah selalu menjaga karya-karyamu.

Kembali soal komik ini, saya sangat kegirangan ketika mas Husni Assaerozi dan mas Sen Seno bercerita tentang proyek pembuatan komik ini (iya, saya memang kenal dengan mas Husni dan mas Seno). Kemudian ketika saya membaca komik ini dalam pertama kalinya, saya sangat terharu. Bagaimana tidak, untuk kesekian kalinya saya kembali terkagum dengan kemampuan mas Husni dalam membuat hikmah-hikmah yang ada dalam kitab Al Hikam menjadi sebuah komik yang disampaikan secara mudah dan gampang dipahami. Ini merupakan pekerjaan yang sangat sulit. Kemudian hal itu dikolaborasikan dengan goresan indah dari mas Seno. Ini merupakan sebuah kolaborasi yang sangat saya kagumi sampai sekarang.

Ini bukan endorse tapi jika ingin memiliki komik ini bisa dicari di toko-toko buku dan toko-toko online.


Ngobrol Sama Deadline: Untold karya Dhean De Nauli


(Sumber gambar: link)

Pernah membaca komik dengan cerita yang berat? Cerita tetang kegelapan dalam diri? Komik karya mbak Dhean De Nauli ini menyuguhkan konten yang cukup berat, dan (menurut saya) sangat tidak cocok untuk dibaca anak-anak.

Komik ini tentang sesosok “Cameo” yang dibunuh oleh pemiliknya sendiri. Setiap manusia memiliki cameo. Cameo adalah perwujudan dari sisi gelap manusia. Mereka hidup dengan memakan energi negatif yang dikeluarkan orang-orang. Tokoh utama dalam komik ini adalah seorang perempuan  memiliki sesosok cameo yang lahir dari kecemburuhan, kemarahan, dan keangkuhannya. Cameo tersebut diberi nama “Deadline”. Deadline memiliki Sabit Penebas Mimpi, dan si perempuan sudah pernah menggunakan sabit itu sekali untuk membunuh mimpinya. Sepanjang komik ini bercerita bagaimana kehidupan si perempuan setelah menebas mimpinya yang membuat hidupnya semakin terpuruk. Puncaknya ketika ayah si perempuan meninggal dunia, hingga akhirnya si perempuan memutuskan untuk membunuh Deadline, cameo miliknya. Seteah dia membunuh cameo miliknya, datanglah sesosok yang menjemputnya menuju kematian. Di situ pulalah dijelaskan bahwa cameo adalah nafsu yang ada dalam diri manusia. Cameo akan terus melakukan apapun agar manusia terus memproduksi energi negatif, dan finalnya merekan akan meminta manusia untuk bunuh diri. Di situlah si perempuan mengetahui bahwa membunuh cameo sama dengan bunuh diri.

“Pembunuh impian adalah pembunuh paling buruk. Dia mengubah seorang manusia menjadi seonggok daging hidup yang tidak memiliki gagasan. Dan seburuk-buruknya pembunuh impian adalah mereka yang membunuh mimpinya sendiri”. Dialog ini seperti menampar diri saya. Jangan-jangan saya sudah membunuh mimpi saya sendiri tanpa saya sadari. Atau malah saya selama ini hanya menuruti permintaan dari cameo yang ada dalam diri saya.

Dari apa yang saya dapat setelah membaca komik ini adalah mimpi yang membuat manusia terus berjuang terutama untuk melakukan kebaikan, dan jangan sampai dikendalikan oleh nafsu. Uniknya adalah hal tersebut diceritakan dengan cara yang berbeda dan unik. Keunikan ini juga yang membuat karya-karya mbak Dhean sangat menarik bagi saya. Bahkan juga menjadi salah satu inspirasi saya dalam komik-komik yang sudah saya buat (walaupun memang kualitasnya masih jauh dari karya-karya mbak Dhean).

Sekali lagi ini bukan endorse, tapi kalau ingin memiliki komik ini silakan menghubungi akun social media mbak Dhean De Nauli karena komik ini dicetak secara indie, bukan lewat penerbit. Siapa tahu masih ada stok.


Kembali lagi ke awal

Komik itu seperti film, ada ratingnya. Entah rating itu secara langsung diperlihatkan atau tidak. Oleh karena itu tidak semua komik adalah bacaan anak. Sebenarnya sudah tugas orang tua untuk memilah mana yang layak dikonsumsi anaknya (seharusnya saya tidak mengatakan ini karena saya belum punya anak, istri saja belum punya).

Terlepas dari persoalan “tidak semua komik adalah bacaan anak”, jika menilik dari dua komik di atas (entah ini nyambung atau tidak dengan penjelasan dua komik di atas) bahwa banyak hal dapat diambil hikmahnya. Tidak hanya dari hal yang baik saja tapi dari hal yang buruk juga, karena hikmah tidak hanya dari hal baik saja. Jadi, karena saya sdah tidak tahu lagi mau menulis apa, maka saya cukupkan sekian. Terima kasih.

6 komentar:

  1. Saya jadi berpikir, kapan yang terakhir kali baca buku komik. Btw saya pernah follow kak Dhean haha, gocak kadang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. memang mbak dhean kadang kocak, entah beliau sadar atau tidak. hahaha

      Hapus
  2. Intinya sebagai pembaca harus pinter-pinter pilih komik yg memang bermutu, hehe.

    Ohiya anak-anak emang perlu banget diawasi saat memilih komik karena.... Tau sendirilah yah, hehe.

    BalasHapus
    Balasan
    1. nah itu, soalnya saya pernah lihat komik teman saya yang isinya belum saatnya dibaca anak-anak, tapi di gramedia ditauh di rak "children book"

      Hapus
  3. Jadi pengem baca komik lagi hehe, satu satunya komik yang menemani saya dari kecil sampe gede ya cuma detektif conan aja nih. Kurang luas bacaan komik saya🤧

    BalasHapus
    Balasan
    1. sepertinya beberapa perempuan yang saya kenal pada suka detektif conan. apakah conan merupan mokik shoujo (ditujukan untuk remaja perempuan)??

      Hapus

Popular Posts

Recent Posts

Categories

Blog Archive

Diberdayakan oleh Blogger.
Copyright © Gerakan Komik Bosok | Powered by Blogger
Design by Blog Oh! Blog | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com