JOHN KEPLE
(Sumber gambar: dokumen pribadi)
Memang
benar jika aku mengenalmu karena John Keple menyuruhku melihatmu. Jika saja
John Keple tidak menyuruhku, aku lebih memilih untuk tak acuh kalau yang saat
itu duduk di sebelah kananku adalah kamu. Walaupun, jujur saja, kamu memang
sangat menarik bagiku. Sebentar, ini harus diperjelas. Begini. Jika aku tidak
penasaran dengan perkataan John Keple saat itu untuk melihatmu, aku mungkin
tidak akan seperti ini. Meskipun jika tanpa ada perkataan dari John Keple,
tanpa ada keinginan untuk mengenalmu, kamu tetap saja sosok wanita yang menarik
bagiku, hanya saja aku lebih bisa meredam perasaan ini.
Ini
tentang John Keple. Dia lebih dulu mengenalmu daripada aku. Dia bahkan mengenal
hampir semua wanita di kelasmu, ah bukan, lebih tepat kalau dibilang dia
mengenal hampir semua wanita satu angkatanmu, bahkan angkatan di atasmu. Dia
adalah seorang laki-laki yang mudah untuk berkenalan dengan wanita, tidak
sepertiku yang pengecut. Dia berkenalan dengan banyak wanita dan suka menggoda
mereka, dan kamu termasuk salah satunya. Tapi, aku yakin bahwa godaan dia tidak
mempan untukmu, memang aku tahu kalau kamu adalah wanita yang agak susah untuk
didekati, bagiku (atau mungkin saja aku yang tidak berani).
Bahkan
suatu ketika John Keple bertemu dengan segerombol wanita dari angkatanmu,
mereka bilang kepada John Keple, “Mas John Keple, kok tidak menghubungi kita
lagi? Sudah punya wanita, kah?”. Aku yang saat itu sedang bersama dengan John
Keple seketika tertawa. Lucu. Memang akibat dari perlakuan John Keple yang suka
menggoda wanita akan membuat beberapa wanita yang menaruh harapan terhadap John
Keple pada akhirnya akan kecewa karena John Keple hanya sebatas menggoda saja,
tidak ada maksud untuk lebih jauh. Ini bukan salah John Keple. Juga bukan salah
wanita yang menaruh harapan kepada John Keple. Hanya saja tidak sesuai patokan
yang dibuat secara tidak tertulis dan disepakati oleh banyak orang bahwa ‘kalau
tidak ada niatan untuk serius janganlah main-main’, atau ‘jangan mudah menaruh
harapan jika dia tidak ada niatan untuk serius’, atau patokan-patokan lain yang
menyusahkan.
Jika
kamu tidak setuju tentang patokan itu, silahkan saja. Aku tidak memaksa. Aku
hanya mengungkapkan saja, toh ini adalah catatanku.
Ah,
aku minta maaf aku menjadi egois. Kembali tentang John Keple. Suatu ketika John
Keple pernah berkata kepadaku, “Sebenarnya aku iri padamu, Suparlan. Kamu bisa
fokus menyukai satu orang. Sedangkan aku menyukai banyak wanita dan menggodai
mereka semua. Sungguh aku iri, Suparlan”. Ini aneh. Akulah yang seharusnya iri
pada John Keple. Bukankah aku sudah bilang padamu sejak awal bahwa aku
pengecut. Untuk mengetahui namamu saja menunggu dosen membacakan daftar hadir.
Aku ingin seperti John Keple, berani berkenalan dengan banyak wanita bahkan
menggodai mereka. Tujuanku bukan menjadi seperti John Keple. Aku hanya ingin
lebih berani untuk mengenalmu lebih jauh.
Sudah berkali-kali John Keple menyuruhku untuk
mengungkapkan saja perasaanku ini kepadamu. Dan sudah berkali-kali juga aku
mengatakan padanya bahwa yang kupedulikan hanya mencintaimu. Memang seperti hal
yang egois. Aku hanya sedang menikmati dimana aku melirik-lirik dan
mencuri-curi pandang kepadamu. Tanpa kamu tahu bahwa aku jatuh cinta kepadamu.
Tapi, aku sudah mengatakan pada Desember lalu bahwa
tahun ini akan aku ungkapkan perasaanku. Tapi sudah beberapa bulan berlalu
belum kunjung juga kuungkapkan. Aku juga memberitahu John Keple bahwa aku ingin
mengungkapkan kepadamu. John Keple justru terlihat antusias melebihi diriku. Namun
belum juga kuungkapkan perasaanku, datang penghalang yang sangat besar. Negara ini
terkena wabah, tak terkecuali kota tempatku dan tempatmu kuliah.
Awalnya satu atau bulan ke depan aku ingin mengajakmu
bertemu untuk kuungkapkan perasaanku. Namun setelah wabah datang, rencana itu
kuurungkan kembali. Dan kamu pun sudah pulang untuk menghindari wabah yang ada
di kota ini. Aku ingin mengumpat.
Kembali soal John Keple. Aku tidak tahu apa yang
dilakukan John Keple di tengah wabah ini. Apakah dia masih berangkat kerja. Yang
kutahu sepertinya dia tidak pulang. Dan yang kutahu lagi sepertinya dia sudah
tidak seperti dulu lagi. Dia tak menggoda banyak wanita seperti dulu lagi,
sejak dia jatuh cinta dengan salah seorang teman seangkatanmu.
Entahlah. Sejak wabah ini datang, yang membuat
rencanaku berantakan, aku jadi berpikir apakah memang belum saatnya aku mengungkapkan
ini. Apakah Tuhan hanya mengizinkanku mencintaimu saja, dengan berpikir bahwa
hanya cukup mencintaimu saja adalah jalan terbaik. Seperti halnya John Keple
yang berhenti mendekati wanita-wanita setelah jatuh cinta dengan salah seorang
teman seangkatanmu. Mungkin hanya cukup mencintaimu tanpa memberitahumu bahwa
aku mencintaimu terkesan egois. Aku minta maaf.
Maaf.
Lagi-lagi aku meminta maaf. Catatan kali ini bukan tentangmu, tapi tentang John
Keple.
Sekali
lagi aku minta maaf, Karlina Sumarni.
Catatan
Sejenak #2
Suparlan
John Keple-an banyak bisa ditemukan di keseharian! terima kasih ceritanya. menunggu cerita tentang perkenalan dengan Karlina.
BalasHapusnanti saya coba tanyakan ke Suparlan kapan mau cerita perkenalannya
HapusKomennya masih tetap sama, ditunggu cerita lanjutannya, hehe.
BalasHapusistiqomah hehe
Hapusjohn keple, john keple.. bapakmu melihat kelakuanmu john
BalasHapusbapaknya memantau dari story WA
HapusCeritanya bikin nagih kayak sosis sapi. :)
BalasHapusDitunggu cerita lainnya ya...
wah saya belum pernah makan sosis sapi hehe
HapusAku tunggu kelanjutan ceritanya:)
BalasHapusBtw aku penasaran mbknya dipanggil siapa mas? karlin apa aku eh lina😂
dicatatan 1 dipanggil Karlina
HapusSemangat suparlan, apapun pilihanmu nantinya jangan lupa tetap berbagi kisah pada kami✌
BalasHapusWah aku lupa membalas komentarmu. Sebentar lagi ada lanjutannya. Tapi mungkin bukan di blog ini.
Hapus