Minggu, 12 April 2020

#AprilProduktifDay12 - Utang Rasa


 UTANG RASA



Tepat sebelum saya menulis ini saya menemukan video IGTV dari bapak presiden Jancukers, Mbah Sudjiwo Tejo, yang berisi video-video #UtangRasa dari berbagai seniman, dan saya kaget ketika Iwa K, salah satu rapper idola saya juga ikut membuat video #UtangRasa. Lalu saya mencari video asli lagu Utang Rasa di Youtube, di channel youtube mbah Tejo sendiri. Seketika mata saya berkacakaca (ya memang saya memakai kacamata sih). Saya terharu teringat oleh teman-teman saya, keluarga saya, adik-adik saya, dan orang tua saya. Oleh karena itu, akan saya nyayikan lagu Utang Rasa tersebut (meskipun saya belum hafal nadanya).


Urip, urip
(life,life)
Urip mung sadelo …
(life is but a moment)
Hidup hanya sebentar. Bukan soal hitungan jam, hari, bulan, dan tahun.


Urip, urip
(life, life)
Urip mung sadelo mampir ngombe
(life is but a moment like stopping for a drink)
Hidup hanya sebentar seperti orang yang berhenti untuk minum. Dulu ketika awal-awal saya kuliah, ibu saya berkata ke bapak saya, “iya ya, sekarang anak kita sudah kuliah, sepertinya kemarin kita baru mendaftarkan dia di Madrasah Tsanawiyah (setingkat SMP)”. Seperti yang saya rasakan sekarang, rasanya baru beberapa waktu lalu saya mulai menjejakkan kaki di tanah Jogja, tenyata saya sudah hampir 7 tahun di sini.


Urip, urip
(life, life)
Urip mung sadelo mampir ngombe mbayar utang
(life is but a moment like stopping for a drink , paying a debt)
Hidup juga seperti membayar utang. Awalnya utang, mencari cara untuk membayar utang, utang lagi, begitu seterusnya.


Urip, urip
(life, lfe)
Urip mung sadelo mampir ngombe mbayar utang, utang roso nang kancane
(life is but a moment like stopping for a drink, paying a debt, a debt to a friend)
Banyak sekali utang rasaku kepada seluruh teman-temanku. Utang rasa kepada teman-teman masa kecilku, yang ketika saya menginjak usia Madrasah Tsanawiyah kalian sudah menapaki jalan kalian masing-masing. Kalianlah yang mengisi sebagian masa kecilku. Kalian yang tanpa kalian sadari telah menghiburku ketika saya habis dimarahi bapakku.

Utang rasaku kepada teman-temanku di Madrasah Tsanawiyah yang mengajariku berbagai hal. Mengajariku bermain internet, mengajariku bermain Facebook, dan mengajariku membolos untuk bermain Play Station sampai aku di sidang oleh wali kelasku.

Utang rasaku kepada teman-temanku di Madrasah Aliyah. Kalian semua sudah mengajariku banyak hal, membuat pandanganku semakin luas. Mengajariku menggunakan semua kesempatan yang ada walaupun dalam kesempitan. Mengajariku meluaskan kesempatan walaupun dalam kesempitan. Terutama teman-teman satu kamar di kamar Abdullah bin Umar di Komplek F Pondok Pesantren Raudlatul Ulum Guyangan, Trangkil, Pati. Kepada seorang teman yang mengenalkanku kepada musik hiphop yang sampai sekarang aku masih jatuh cinta dengan musik ini.

Utang rasaku kepada teman-teman yang kukenal semasa kuliah. Kepada teman-temanku, lima orang yang masing-masing saya juluki “Si Dukun”, “Si Salik”, “Si Gelap”, “Si Ngefly Setrika”, “Si Sesepuh”, dan tambah satu orang “Si Takmir”, jadi enam orang. Kalianlah yang tanpa kalian sadari menuntunku menempuh jalan yang sedang kulalui. Begitu juga dengan “Jayus” yang tiba-tiba datang membuatku utang rasa kepadanya dan sekarang entah dimana dia berada.

Utang rasaku kepada seorang teman sekaligus seorang guruku yang sudah rela megajariku tentang segala hal dalam membuat komik. Seorang yang selalu saya kagumi dari sejak karyanya yang berjudul “Supi”, “Babad Jahiliyah”, “Bainahuma”, “Si Toyeb”, “Kadet Soewoko”, “22 Tokoh Kekasih Allah”, sampai “Sejuknya Hati Hamba Ilahi”, dan karya-karyanya yang lain.

Utang rasaku kepada seorang teman yang menjadi tempatku untuk membahas soal perempuan dan jatuh cinta.


Kang mongko utang roso ra mung nang kancane
(although a debt of feeling is owed not just to friends)
Kang mongk utang roso yo ro wong tuwane
(but also to our parent)
Yo sanak yo kekadang yo sadulur yo barayat yo tanggane
(to family near and far, to neighbours)
Sak kabeh kabeh kabehe …
(and to many more)
Utang rasaku yang bahkan tak bisa diukur oleh apapun di dunia ini kepada orang tuaku. Merekalah yang dengan sepenuh hati dan segenap jiwa mendukungku ketika kuambil jalan yang berbeda dengan yang mereka harapkan. Kepada bapakku yang dengan kebodohanku baru kutahu bahwa pelukanmu jauh lebih hangat dari semua selimut yang pernah kupakai. Yang dengan kebodohanku baru kutahu lima tahun terakhir ini ketika pertama kali kupeluk engkau di saat akan berangkat haji. Yang dengan kebodohanku pernah membuatmu menangis kecewa yang baru kutahu ketika ibu bercerita kepadaku. Lalu kepada ibuku yang aku paham bahwa engkau selalu berkaca-kaca menahan haru ketika aku melangkah selangkah lebih maju, ketika aku sampai pada sebuah pencapaian. Aku tahu bahwa itu adalah salah satu doamu dan doa bapak yang telah dikabulkan. Kepada adikku yang sudah melangkah jauh di depanku. Yang sudah jauh melangkah melampaui harapan bapak dan ibu.


Ra kebayar utang-utang rasaku
(I cannot repay my debt of feeling)
Sing tak bayar among pikiran lan tenagamu
(I can only pay for thoughts and energy)

Ra kebayar utang-utang rasaku
(I cannot repay my debt of feeling)
Sing tak bayar mung wektu pikiran lan ototmu
(I can only pay for time, thought, and exertion)
Semua utang rasaku kepada teman-temanku, kepada orang tuaku, kepada saudara-saudaraku, kepada keluaraku, kepada tetanggaku, kepada guru-guruku, dan kepada semua orang yang tanpa kusadari memberi kontribusi dalam hidupku, tak akan pernah bisa kubayar biar bagaimana pun. Hanya waktu, tenaga, dan pikiran yang bisa kubayarkan, namun utang rasa tak akan pernah bisa kubayar.


Urip, urip
(life, life)
Urip mung sadelo mampir ngombe mbayar utang Utang roso nang kancane
(life is but a moment like stopping for a drink, paying a debt, a debt to a friend)

Utang roso nang kabehe
(a debt of feeling to al)l
Mbayar utang utang roso
(paying a debt, a debt of feeling)
Mbayar sing ra bakal kebayar
(paying what cannot be paid)

Sing tak bayar mung wektumu
(I can only pay for your time)
Sing tak bayar mung pikiramu
(I can only pay for your thoughts)
Sing tak bayar mung kringetmu
(I can only pay for your sweat)
Utang Rasaku kepriye ?
(what about my debt of feeling?)



Yogyakarta, 12 April 2020

Iqbal Fahreza



Rasa adalah bahasa tuhan 
selebihnya adalah terjemahan yang buruk.
(salah satu komentar dari seseorang di video lagu Utang Rasa di youtube Sudjiwo Tejo)

4 komentar:

Popular Posts

Recent Posts

Categories

Blog Archive

Diberdayakan oleh Blogger.
Copyright © Gerakan Komik Bosok | Powered by Blogger
Design by Blog Oh! Blog | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com